Sejarah

Komunitas Sego Gurih formasi SMKI

Komunitas Sego Gurih di Waduk Kedungombo tahun 1999

Komunitas Sego Gurih awalnya berdiri di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) yang sekarang berubah menjadi SMK 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada tahun 1996. Dominasinya adalah anak-anak dari jurusan teater. Awal berdiri komunitas ini hanya bertujuan untuk mempunyai ruang berekspresi bagi anak-anak jurusan teater.

Mulai terpikirkan untuk memproduksi pertunjukan tepatnya sekitar tahun 1998. Komunitas ini didirikan oleh Wage Daksinarga, Eko Nuryono dan Ibnu Widodo. Ketiganya adalah teman satu jurusan namun berbeda angkatan. Komunitas ini sering membuat pertunjukan keliling keluar sekolah di acara-acara nikahan, perpisahan kuliah kerja nyata, di halaman rumah acara tujuh belasan, atau dipinggir sawah.

Pemilihan nama Komunitas Sego Gurih sendiri berlangsung spontan saja. Wage Daksinarga menjelaskan bahwa sego gurih itu adalah nasi uduk, ibarat makan jika tanpa lauk atau sayur nasi uduk saja sudah enak. Itu saja makna yang dijabarkan secara sederhana. Secara filsofis pengertiannya misalnya terpaksa tidak ada lampu sebagai tata cahaya pertunjukan pun tetap akan berjalan sebagaimana mestinya.

Karena komunitas ini terbiasa melakukan koordinasi, rapat anggota ataupun musyawarah ketika membuat produksi pementasan. Hal utamanya adalah bahwa setiap posisi atau peran yang dilimpahkan memang harus dikerjakan dengan ikhlas dan  bertanggung jawab.

Penulis lakon dalam komunitas ini adalah Wage Daksinarga. Meskipun baru memulai menulis naskah yaitu lakon KUP tahun 2002. Sempat akan diproduksi di tahun 2003 namun gagal, akhirnya terlaksana tahun 2009. Pada tahun 2011 untuk lakon Bleg-Bleg Thing dituliskan oleh Abdillah Yusuf. Pada tahun 2012 Wage Daksinarga juga menulis lakon Sedulur Mulur Tangga Eca dengan adaptasi bebas dari Malam Jahanam karya Motinggo Busye. Pada tahun 2006 Wage Daksinarga pernah menuliskan lakon Purik namun dalam bentuk skenario film. Tahun 2013 ini lakon PURIK sudah di produksi di 9 titik lokasi pertunjukan yang semuanya adalah dusun dan kampung di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta.

Aktor formasi awal berdirinya Komunitas Sego Gurih yaitu Ibnu Widodo, Haryo, Riyanto, Winda, Eko Nuryono, Yanto, Asni, Endang, Padmi, Jumali, Nanik, Isti Darma dan Totok Hartanto. Semuanya alumni dari SMKI Yogyakarta jurusan teater.

Mulai tahun Mei 2017 Komunitas Sego Gurih merubah namanya menjadi Kelompok Sedhut Senut karena ingin mengusung gagasan baru tentang penggunaan tonil sebagai medium dekoratif dalam setiap pertunjukkannya.

Rol

Leng

Suk-Suk Peng

Arsip

Periode sekitar tahun 2002 masuklah formasi baru seperti Puthut Joyo, Bekti Seyani, Philipus Nugroho, Elyandra Widharta, Lukas Priyo, dan Abdillah Yusuf yang mayoritas adalah mahasiswa jurusan teater ISI Yogyakarta. Sampai saat ini ditambah lagi prsonil seperti Joko Gilar, Nurul Jamilah, Yanti, Wawan, Kukuh, Jibna, Dwi Vian, Dafa, Haryo, Pras, Sekar Kinanti, Caesar, Bayo, Madek, Gigin, Misno, Iwang, Maman, Bagor.

Beberapa repertoar pertunjukan teater yang pernah diproduksi oleh Komunitas Sego Gurih. Hampir secara keseluruhan pementasan dilakukan di desa dan kampung pinggiran kota :

1998                :  ”LENG” karya Bambang Widoyo Sp (Oktober)

1998                : ”ROL” karya Bambang Widoyo Sp

1999                : ”ANUSAPATI” karya SH Mintardja

1999                : ”LENG” karya Bambang Widoyo Sp ( Juli, November)

2000                : ”DOM” karya Bambang Widoyo Sp (Juli)

2001                : ”SUK-SUK PENG” karya Bambang Widoyo Sp (Maret,April)

2001                : ”Balada-Balada Perempuan Tercinta” (Agustus)

2001                : ”LENG” karya Bambang Widoyo Sp (November)

2002                : “SUK-SUK PENG” karya Bambang Widoyo Sp (Juli)

2002                : “LAMPOR” karya Angger Jati Wijaya (Desember)

2003                : ” SUK-SUK PENG” karya Bambang Widoyo Sp (Agustus)

2009                : ”KUP” karya Wage Daksinarga (Februari, Juni, Oktober 6X pementasan )

2010                : ”SUK-SUK PENG” karya Bambang Widoyo SP (Juli sampai 5 X pementasan)

2011                : ”BLEG-BLEG THING” karya Yusuf Peci Miring (4X pementasan)

2012                : ”SEDULUR MULUR TANGGA ECA” karya/sutradara Wage Daksinarga(3X                             pementasan)

2013                : ”PURIK” karya Wage Daksinarga (14X pementasan di dusun dan                                            kampung seputar Daerah Istimewa Yogyakarta)

2013                : “Wedi Karo Bojomu” adaptasi Sedulur Mulur Tangga Eca

2014 -2015     : “PURIK” total pentas sejak diproduksi tahun 2013 menjadi 30 kali pentas
2016                : “POGENG” karya Wage Daksinarga dipentaskan 7 kali

2017                : “BUBUR MBAK MINUK” adaptasi dari lakon Jeng Menul karya Puthut                                   Buchori dipentaskan 4 kali

2017                : “GAMBAR KECU” karya Elyandra Widharta dipentaskan 2 kali

2018                : “DUMEH” karya Elyandra Widharta

2019    : “DUMEH” karya Elyandra Widharta – HUT PHRI Yogyakarta

2019    : “LEDHEK SISIK MELIK” adaptasi bebas roman Ki Ageng Mangir dan Pembayun

2019    : “NITIK SITI WANGI” adaptasi bebas kisah nukila tentang Sultan Agung

2020    : Sepanjang Pandemi Covid19 pentas kami alih media ke Youtube, lakon yang diproduksi sebagai berikut :

 

 

Tinggalkan komentar