KOMUNITAS SEGO GURIH
Komunitas Sego Gurih adalah sebuah kelompok kesenian Teater yang menggunakan bahasa Jawa sebagai alat/media berkomukasi diatas panggung. Sejak awal terbentuk komunitas Sego Gurih sudah berkomitmen untuk selalu menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa ungkapnya. Seperti halnya defnisi komunitas yaitu kelompok (sekelompok) orang yang hidup dan saling berkomunikasi disuatu daerah tertentu1, demikian juga Komunitas Sego Gurih didalamnya terdapat orang- orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas Sego Gurih berdiri pada tahun 1998 di Sekolah Menengah Kesenian Indonesia Yogyakarta (SMKI) (red : sekarang Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kasihan). Awal berdirinya seluruh anggotanya adalah siswa SMKI jurusan Teater. Kemudian berkembang sampai sekarang menjadi komunitas teater non akademis. Anggota Komunitas Sego Gurih silih berganti mengalami bongkar personil sesuai seleksi alam yang terjadi.
Semenjak berdirinya dan setiap membuat produksi pementasan, peran sutradara masih dipercayaka kepada Wage Daksinarga. Tak luput pula yang mendasari dan meng influence Komunitas Sego Gurih selama menjelajahi kreatifitasnya adalah teater Gapit Surakarta pimpinan Bambang Widoyo SP yang juga menggunakan bahasa jawa dalam pementasan teaternya. Dalam perkembangannya kounitas Sego Gurih memang selalu dibayang- bayangi oleh teater Gapit (sekarang sudah bubar), hampir semua naskah Gapit sudah dipentaskan oleh sego gurih hanya tinggal 2 naskah saja yang belum dipentaskan, yaitu Reh dan Tuk
Dalam wawancara oleh majalah scana (blog) Wage Daksinarga menjelaskan lebih lanjut tentang Komunitas Sego Gurih :
Awal berdirinya saat saya sekolah di SMKI. Ya, dulu kayak ada semacam kecemburuan. Anak-anak jurusan teater itu kan selalu dikalahke sama jurusan tari, pedalangan, dan karawitan; termasuk saat ujian pementasan. Lha lama-lama kita kurang puas dengan pementasan-pementasan di kampus, terus mulai pentas di luar dengan sangat sederhana. Awalnya ya pentas di pinggir rumah, di pinggir sawah, di acara pernikahan, di perpisahan KKN. Prinsipnya temen-temen punya ruang untuk bermain, gitu aja…Di awal-awal Sego Gurih yang terjadi seperti itu. Itu sekitar tahun 1996. Yang sedari awal di Sego Gurih ya saya dan Gundul. Kebetulan juga rumah Gundul di daerah Imogiri menjadi tempat berlatih dan berkumpul Komunitas Sego Gurih2.
SEGO GURIH YANG FILOSOFIS
Bagi orang Jawa khususnya, tentu istilah sego gurih sudah sangat akrab betul ditelinga. Sego gurih hampir sering dijumpai dalam berbagai acara adat (ritual) orang- orang Jawa. Nasi yang diolah dengan santan dan membuat nya menjadi gurih. Bagi Komunitas Sego Gurih, nama Sego gurih yang dalam bahasa Indonesia berarti nasi uduk itu memunyai filosofi yang sangat dalam. Tanpa lauk, sego gurih ternyata sudah enak, dan dapat dinikmati, hal inilah yang kemudian membuat Komunitas Sego Gurih jadi anti kemapanan (bukan berarti menolak kemapanan lho), jika memang tidak ada lampu atau peralatan yang lainnya, pentas Komunitas Sego Gurih pun tetap akan berjalan. Komunitas Sego Gurih bertolak dari apa yang ada.
PERJALANAN KOMUNITAS SEGO GURIH
Komunitas Sego Gurih identik dengan Wage Daksinarga dan Ibnu Gundul. Mereka berdua ini lah yang selama ini memberikan nafas bagi perkembangan Komunitas Sego Gurih, meskipun tidak dipungkiri ada banyak anggota yang keluar masuk, hal ini dikarenakan Komunitas Sego Gurih tidak mengikat Anggota- anggotaya, Komunitas Sego Gurih terbuka bagi siapa saja. Jika ditelusur, perjalanan komunitas Sego Gurih sudah mengalami 3 fase.
1. Fase Kelahiran (1996 – 2001)
Fase pertama ini bisa dikatakan fase kelahiran komunitas Sego gurih, anggotanya masih didominasi oleh civitas SMKI, dan Wage masih dipercaya sebagai sutradara, naskah- naskah yang dibawakan didominasi oleh Naskah Gapit, meskipun ada beberapa karya selain Gapit yang menggunakan bahasa Jawa. Jika awalnya pementasan hanya sekedar mengisi ruang dan waktu anggotanya, baik pentas dipinggir sawah, pinggir rumah, acara pernikahan, perpisahan KKN, atau yang lainnya, pada saat itu komunitas Sego Gurih mulai berani mengusung pementasannya di gedung kesenian.
2. Fase Perjalanan (2001 – 2003)
Komunitas Sego Gurih terus tumbuh dan berkembang, beberapa anggota mulai melepaskan diri, shingga hanya tertingal Wage dan Gundul yang berbendera SMKI. Mereka kemudian merekrut anggota lain dengan berbagai macam latar belakang, yang kemudian terseleksi oleh alam dengan sendirinya. Ibarat pelangi, anggota Komunitas Sego Gurih kini penuh warna. Pada Fase ini Wage masih dipercaya untuk meyutradarai, Naskah Gapit masih dominan, meskipun ada beberapa naskah lain yang bukan Gapit.
3. Fase Establish (2003 – sekarang)
Pada Fase ini, Komunitas Sego Gurih sempat vakum beberapa tahun. Kevakuman itu disebabkan oleh kesibukan Wage dan personil Sego Gurih yang lain dalam pekerjaannya masing-masing. Baru pada tahun 2009 kembali bernafas lagi dan menggelar pementasan KUP yang naskahnya ditulis oleh Wage, Komunitas Sego Gurih mulai melepaskan bayang- bayang Wage terutama sebagai sutradara, Wage menyatakan berhenti menyutradrai, ia kemudian lebih fokus pada penulisan Naskah dan keluarganya. Posisinya kini sebagi Konsultan, dan sutradara salah seorang dari angota yang ditetapkan dan disepakati bersama.
Kini motor Komunitas Sego Gurih tinggal Gundul dan dibantu oleh Ely Andra Widharta dan Ucup Peci miring. Anggota lain bersifat fleksible bisa masuk dan keluar sesuai dengan kebutuhan dan tidak mengikat. Pada fase ini Sego gurih mulai mencari bentuknya yang establish yang mencirikan Komunitas Sego Gurih yang sesungguhnya. Struktur organisasi Komunitas Sego Gurih relatif sederhana. Cukup Ketua, Sekertaris dan Bendahara.
Ketua yang kini dijabat oleh Ely Andra bertanggung jawab terhadap perkembangan, dan maju mundurnya komunitas, ia sebagai motor penggerak anggota- anggotanya. Ketua sekaligus jadi motor penggerak anggotanya.
Bendahara (Ucup Peci Miring) mencatat pemasukan dan pengeluaran uang, ia sangat mengetahui betul kondisi keuangan. Bendahara berwenang untuk mengajukan jumlah nominal uang sebagai modal awal untuk setiap kali proses pementasan ( produksi)
Humas (Gundul) menjalin hubungan dengan instansi maupun perorangan yang selama ini telah bekerja sama dengan komunias sego gurih dalam setiap pementasannya, ia juga yang mendokumentasikan semua arsip- arsip bersama bendahara.
MANAGEMEN KOMUNITAS SEGO GURIH
1. Managemen Pemasaran
Pemasaran yang selama ini dilakukan lebih bersifat publikatif, biasanya dilakukan menjelang pementasan yang diadakan oleh komunitas Sego Gurih sendiri. Bentuk- bentuk publikasi berupa poster, spanduk, flier yang disebarkan (ditempel, dipasang) ditempat- tempat yang strategis, juga membuat publikasi lewat media massa, baik cetak maupun elektronik. Setiap kali melihat pementasan komunitas Sego Gurih dibagikan booklet tentang isi cerita, kerabat kerja pendukung, juga informasih tentang komuniitas Sego gurih lainnya.
2. Managemen Keuangan
Aktivitas keuangan pada komunitas Sego Gurih, ditangani oleh bendahara. Pencatatan uang masuk dan keluar dilakukan secara cermat. Bendahara produksi (pementasan) berbeda dengan bendahara Komunitas. Biasanya apabila akan memproduksi sebuah pementasan, ditunjuk Pimpinan Produksi yang kemudian akan memilih bendahara untuk mengatur sirkulasi uang, Dana produksi berasal dari kas Komunitas, atas persetujuan ketua, bendahara memberikan dana awal yang digunakan untuk membuat proposal guna mengajukan proposal kepada sponsor. Diharapkan setelah pementasan selesai ada dana yang tersisa yang kemudian dikembalikan pada kas komunitas untuk pementasan- pementasan selanjutnya ataupun untuk honorarium pementasan. Honorarium yang diterimakan selama ini belumlah layak untuk ukuran sebuah pekerjaan, apalagi pekerjaan yang berhubungan dengan seni. Tapi bukan berarti hal tersebut membuat komunitas Sego Gurih patah arang dan tidak berkreatifitas lagi. Untuk saat ini nominal uang belum sepenuhya menjadi ukuran untuk tiap- tiap anggotanya, bahkan banyak juga anggota yang sering malah tombok. Saat ini bagaimana mereka menghidupi kesenian, bukan kesenian yang menghidupi mereka, meskipun tidak dipungkiri bahwa orientasi kedepan komunitas Sego Gurih tetap menuju kesana. Informasi tentang perkembangan keuangan selalu dilaporkan oleh bendahara setiap ada pertemuan
3. Managemen Sumber Daya Manusia
Sesuai kesepakatan bersama setiap anggota akan mendapatkan honorarium pada pasca pementasan, itupun fluktuatif, belum ada standar yang jelas untuk nilai nominal honorarium. Tergantung berapa keuntungan yang didapat setiap kali pentas.
Proses perekrutan anggota sangat fleksibel, biasanya terjadi apabila komunitas Sego Gurih akan membuat sebuah pementasan, karena motor komunitas ini hanya ada tiga orang ( Gundul, Ely dan Ucup) maka mereka selalu mengajak orang orang yang pas sesuai dengan bidangnya (pemain, crew produksi) untuk diajak berproses (produksi pementasan). Ikatan ini tidak kemudian mengikat orang- orang yang kemudian terlibat untuk membantu selamanya, mereka diberi kebebasan untuk memilih. tetap bertahan atau sebaliknya.
Gaya kepemimpinan yang dimliki oleh pimpinan komunitas :
- Informal, egaliter dan seperti teman (sahabat)
- Mengontrol dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan pementasan, bahkan terkadang ikut terlibat dalam pementasan tersebut, baik sebagai pemain ataupun staf produksi.
- Menguasai masalah, paham akan kegiatan yang dilakukan, daya kreatifitas tinggi
- Cukup tegas dalam mengambil keputusan, akan tetapi kurang tegas dalam menyikapi sikap para anggotanya yang terkadang malas- malasan saat berproduksi, ataupun skeptis dalam menanggapi permasalahan. Semisal tidak setia pada jadwal latihan. Hal ini dikarenakan pemimpin menyadari ikatan antar personal yang hanya terjalin karena satu komitmen yaitu sama- sama ingin menjaga eksistensi Komunitas Sego Gurih, dan ukuran hal tersebut masih belumada standarisasinya.
Steakholder
StakeHolder (pemangku kepentingan) mempunyai peran yang penting dalam perkembangan sebuah orgnisasi (komunitas Sego Gurih). Setelah mencermati dengan seksama penulis dapat menyimpulkan stakeholder- stakeholder yang dimiliki komunitas Sego Gurih yaitu :
Stakeholder | Harapan | Kontribusi/Dukungan |
Pemerintah Provinsi | Melestarikan budaya, bahasa Jawa
Melestarikan seni tradisi Aset sanggar seni |
Pendanaan
Fasilitas Promosi Akses perijinan |
Pemerintah Kabupaten | Melestarikan budaya bahasa Jawa
Melestarikan seni tradisi Aset sanggar seni |
Pendanaan
Fasilitas Promosi Akses perijinan |
Penonton pementasan | Hiburan bermutu, segar, menghibur dan suasan yang menyenangkan | Menjadi penonton setia
Membeli karcis Mempromosikan komunitas |
Sponsor | Jumlah penonton yang sesuai dengan target pasarnya
Publikasi produk |
Pendanaan
Fasilitas Promosi
|
Anggota | Pementasan sukses
Menjadi komunitas yang besar Mendapatkan honorarium yang pantas |
Berlatih dengan serius
Bermain dengan total |
Masyarakat setempat | Komunitas bisa mengembangkan bakat seni dan kepribadian anak, pemuda dan seluruh warga | Dana dan fasilitas
Menjadi anggota Menjadi penonton Memberikan kenyamanan saat berlatih dan tempat berorganisasi |
Tukang parkir | Pementasan dihadiri banyak penonton
|
Menjaga kendaraan dengan aman, sehingga penonton dapat menonton dengan nyaman |
Penjual makanan | Pementasan dihadiri banyak penonton
|
Menjajakan dagangan untuk para penonton ang dating, sehngga masalah konsumsi dapat tetratasi |
Sejauh ini berbagai harapan stakeholder sudah hampir semua dapat dilaksanankan dan dikelola dengan cukup baik, yang perlu dikembangkan adalah menjaga dan lebih meningkatkannya menjadi lebih baik.
Misi
Misi sangat penting dalam sebuah organisasi, bisa dikatakan misi adalah sebuah fondasi bagi organisasi. Dengan adanya misi apa maksud keberadaan dan peran/ fungsi organisasi itu dapat terjawab. Organisasi juga dapat memilih bidang kegiatan, memilih segmen masyarakat yang dituju, menetapkan siapa saja yang boleh bergabung dengan oragnisasi, mentapkan nilai- nilai yang dianut, menetapkan strategi yang akan ditempuh, menetapkan dengan siapa akan bekerja sama dan misi juga berfungsi untuk motivator dasar dalam menjalankan organisiasi.
Untuk menentukan Misi dalam sebuah Organisasi kita dapat menerapkan formula 3 W + 1H (What, Who, Why, How) yaitu, (1)What, apa bidang kegiatan kita, (2)Who, siapa yang dilibatkan, (3)How, cara dan prinsip melaksanakan kegiatan, (4)Why, alasan mendirikan kegiatan.
Dari data yang diperoleh Misi Komunitas Sego gurih adalah :
- Turut serta mengembangkan dan melestarikan bahasa jawa melalui pementasan teater
- menjadi wadah bagi para seniman untuk meningkatkan apresiasi, keterampilan, kreativitas, wawasan khususnya taeter berbahasa jawa.
- Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian teater berbahsa Jawa
Visi
Tanpa visi sebuah oranisasi dianggap tidak mempunyai tujuan, visi merupakan pernyataan tentang cita- cita, keinginan atau harapan mengenai bentuk dan karakteristik sebuah organisasi dikemudian hari (masa depan). Visi menjadi pedoman dalam menetapkan sasaran jangka panjang maupun jangka pendek.
Dari data yang didapat, visi komunitas sego Gurih adalah :
- Menjadi komunitas teater berbahasa jawa yang mandiri dan professional
- Sebagai pusat kajian, pelatihan, pagelaran dan industri tater berbahasa jawa di Indonesia
Tolak ukur keberhasilan
Misi dan visi | Ukuran keberhasilan |
Misi | |
Turut serta mengembangkan dan melestarikan bahasa jawa melalui pementasan teater | Jumlah naskah jawa yang sudah dipentaskan
Jumlah naskah yang dibuat dan dipentaskan |
menjadi wadah bagi para seniman untuk meningkatkan apresiasi, keterampilan, kreativitas, wawasan khususnya taeter berbahasa jawa | Jumlah anggota
Jumlah aktor dan pendukung pementasan yang berkualitas |
Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian teater berbahsa Jawa
|
Frekwensi pentas ditingkat local, nasional, maupun internasional |
Visi | |
Menjadi komunitas teater berbahasa jawa yang mandiri dan professional | Jumlah dana yang dikelola
Pertanggung jawaban pengelola keuangan Jumlah dan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki Frekewensi pentas ditingkat nasional maupun internasional Tingkat kepuasan pimpinan dan anggota komunitas |
Sebagai pusat kajian, pelatihan, pagelaran dan industri teater berbahasa jawa di Indonesia | jumlah karya teater berbahasa jawa yang didokumentasikan dan dikuasai.
jumlah karya (naskah) yang berhasil diciptakan dan dipentaskan sendiri (bukan naskah milik orang lain) jumlah anggota yang bergabung jumlah aktor, pendukung yang berkualitas. Jumlah keikut sertaan dalam sebuah festival Jumlah keikut sertaan pada even tertentu
|
Pencapaian Komunitas Sego Gurih sampai tahun 2010
1998 : ”LENG” karya Bambang Widoyo Sp (Oktober)
”ROL” karya Bambang Widoyo Sp
1999 : ”Anusapati” karya SH Mintardja
”LENG” karya Bambang Widoyo Sp ( Juli, November)
2000 : ”DOM” karya Bambang Widoyo Sp (Juli)
2001 : ”Suk-SukPeng” karya Bambang Widoyo Sp (Maret,April)
”Balada-Balda Perempuan Tercinta” (Agustus)
”LENG” karya Bambang Widoyo Sp (November)
2002 : “Suk-Suk Peng” karya Bambang Widoyo Sp (Juli)
“Lampor” karya Angger Jati Wijaya (Desember)
2003 : ” Suk-SukPeng” karya Bambang Widoyo Sp (Agustus)
2009 : ”KUP” karya Wage Daksinarga (Februari, Juni, Oktober 6X pementasan )
2010 : ”Suk-Suk Peng” karya Bambang Widoyo SP (Juli sampai 5 X pementasan)
2010 : ”Ande-Ande Lumut” Solidaritas Kesenian Peduli Pengungsi Merapi – Ketoprak Mbarang di 6 Posko Pengungsian Merapi daerah Sleman, Muntilan dan Magelang.
SWOT
Swot adalah sebuah analisis yang digunakan untuk menyusun rencana Stratejik, analisis swot dibagi menjadi 2 lagi yaitu analisis eksternal dan internal :
1. Analisis Eksternal
Dengan analisis eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang akan dihadapai oleh sebuah organisasi. Peluang yang dimaksud adalah kondisi yang menguntungkan, sedangkan ancaman yang dimaksudkan adalah kondisi yang merugikan
2. Analisis Internal
Dengan analisis internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang akan dihadapai oleh sebuah organisasi.
Matriks SWOT | Kekuatan (S)
01. Satu- satunya teater yang menggunkan bahasa Jawa 02. Penonton semua segmen 03. Pementasan yang diadakan ditempat terbuka, tanpa perlu tiket masuk 04. Ide cerita segar, ringan up to dates pada situasi yang ada 05. Pemain adalah aktor- aktor yang sudah mumpuni 06. Memiliki penata musik dan penata artistik yang sudah mumpuni dibidangnya 07. Melibatkan masyarakat sekitar ketika pentas 08. jejaring semua anggota yang kuat 09. Didukung Pemda setempat |
Kelemahan
01. Administrasi keuangan 02. ketergantungan pada donatur 03. keterbatasan dana 04. Sarana dan tempat latihan 05. Kata- kata vulgar sering muncul dalam setiap Pementasan 06. Keluar masuk anggota mudah 07. Segmen lokal jawa 08. Dokumentasi karya 09. kesejahteraan 10. Ketergantungan pada Pendiri (Wage, Gundul) 11. Memainan naskah orang lain |
Peluang (O)
01. Kemudahan perijinan pementasan 02. Peningkatan jumlah kesenian tradisi untuk membuat pementasan 03. Banyaknya jumlah anak- anak yang sejak kecil mengenal bahasa jawa 04. Banyaknya sesepuh pencinta bahasa jawa yang membantu 05. Banyaknya pemuda yang suka terhadap kesenian 06. Aset yang dimiliki daerah setempat |
SO Strategy
01. melakukan kerja sama dengan sekolah- sekolah untuk mengadakan pementasan dan pelatihan (workshop) teater berbahasa Jawa (s1, s2, s3, s6, s7, s8, s9, O1, O3, O5, O6) 02. Meningkatkan jumlah pementasan (s1, s2, s3, s4, s5, s6, s7, s8, s9, O1,O2, O3, O4, O5, O6) 03. Merangkul Seniman yang mumpuni (senior) untuk terlibat dalam pementasan dan kelangsungan komunitas(s1,s4,s7,s8,s9,O4, O6) 04. menambah jumlah anggota dengan komitmen yang jelas ( s1, s4, s6, s8, s9,O3, O4, O5, O6) |
WO Strategy
01. mencari sponsor yang sejalan dengan komunitas dan mau mendukung (memberikan support) dalam jangka panjang dan menjalin hubungan yang baik (w1,ws2, w3, w4, w9, O1,O6) 02. menambah jumlah anggota dengan komitmen yang jelas ( w6, w9, w10, w11, O5, O6) 03. melakukan pembenahan dibdiang kearsipan dan dokumentasi ( w8, O6) |
Ancaman (T)
01. Persaingan antar sanggar- sanggar teater makin ketat 02. Krisis ekonomi yang menurunkan pendapat ekonomi masyarakat dan meningkatkan biaya produksi pementasan 03. Keterbatasana bahasa tidak semua orang bisa memahami bahasa jawa 04. Rendahnya kesadaran tentang pentingnya bahasa jawa adalah bahasa yang perlu dilestarikan
(nguri- nguri kabudayan) |
ST Strategy
01. memprakarsai festival- fesival teater berbahasa Jawa (s1, s2, s3, s4, s8, s9, T1, T2, T4 02. melakukan kerja sama dengan sekolah- sekolah untuk mengadakan pementasan dan pelatihan (workshop) teater berbahasa Jawa (s1, s2, s3, s6, s7, s8, s9, T2, T4) 03. mencari sponsor yang sejalan dengan komunitas dan mau mendukung (memberikan support) dalam jangka panjang dan menjalin hubungan yang baik (s1,s2,s3,s4,s5, s6, s7, s9,T1,T2, T4) 04. mendata penonton dan membuat jaringan dengan selalu memberi informasi tentang semua kegiatan (s2,s3, s4, s5, s6, s7, s8, T1, T2, T3, T4) |
WT Strategy
01. melakukan pembenahan administrasi keuangan (w1, w2, w3, w9, T1, T2) 02. membuat dan mementaskan naskah sendiri (w10, w11, T01, T02, T04) 03. Mematenkan bahwa komunitas Sego Gurih Cuma satu satunya teater yang menggunkan bahasa jawa (w7, T1, T3, T4) |
Philipus Nugroho Hari Wibowo SSn, Staf Pengajar Jurusan Teater ISI Yogyakarta
Daftar Pustaka
1Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung , Yrama Widya, 2001 hlm 250
2 Blog skana